Minggu, 03 Januari 2010

Nasib Dua Perempuan Kelas Bawah Dalam Berupaya Mengubah Nasib(Tugas ISD)

“Inem” dan “Derai Sunyi” sama-sama berkisah tentang perempuan kelas bawah yang berusaha untuk memperbaiki nasib. Inem (dalam “Inem”) harus rela kawin di usia sangat dini, delapan tahun, hanya karena ibunya menghendaki agar Inem dapat hidup lebih layak serta dapat pula membantu ekonomi keluarga. Kisah ini terjadi waktu Inem benar-benar sangat kelaparan. Inem telah mencari lowongan kerja di kota Jakarta, tetapi hasil kerja kerasnya sia-sia. Akhirnya dia berpikir untuk menikah di usia dini kepada orang kaya. Inem sangat tidak bahagia karena sang suami sangat lah keras terhadapnya. Di sisi lain, Sri Ayuni (dalam “Derai Sunyi”) bersedia untuk menjadi pembantu rumah tangga agar ia bisa menabung untuk mengongkosi ibunya naik haji serta menambah modal warung keluarganya. Setelah dia menjadi pembantu rumah tangga, Sri Ayuni sangatlah tersiksa dengan perilaku majikannya. Tetapi tetap sabar menerima keadaannya. Namun, baik Inem maupun Sri Ayuni, tak mampu meraih harapannya. Nasib mereka berakhir tragis. Inem ditinggal pergi suaminya setelah berumah-tangga setahun lamanya, sehingga ia harus menjadi janda di usia yang masih sangat belia: sembilan tahun. Sedangkan Sri Ayuni mati secara tragis di tangan majikannya yang psikopat. Dari sini kita bisa melihat bahwa kaum miskin di Indonesia belum ditangani oleh pemerintah dimana dikatakan di UUD "orang miskin dijaga dan dirawat oleh pemerintah.